Tenang di Tengah Kacau: 4 Pelajaran Berharga dari Filosofi Teras

Tenang di tengah kacau nya dunia. Yang saat ini penuh sekali dengan kebisingan dan eksprktasi dari orang-orang yang ada di sekeliling kita. Seperti yang kita rasakan, sangat sulit untuk kita bisa tenang di tengah kekacauan seperti sekarang ini. Karena setiap hari kita merasa khawatir dan overthinking akibat pikiran negatif yang sering kita pikirkan. Lalu apakah kita masih bisa tenang di tengah kacau seperti sekarang ini?

Maka saya akan bilang, bisa. Bagaimana caranya agar kita bisa tetap tenang di tengah kekacauan ini? Dalam buku karya Henry Manampiring yang berjudul Filosofi Teras, kita akan di kenalkan dengan sebuah filsafat Yunani-Romawi kuno yang bernamakan Stoicism. Filsafat ini mungkin sudah kuno sekali, tetapi isi dari filsafat ini sangat relevan di kehidupan sekarang ini.

Gagasan Utama Dalam Filosofi Teras

Ada beberapa gagasan yang ada di dalam buku Filosofi Teras untuk membuat kita lebih tenang di tengah kekacuan. Gagasan yang ada di dalam buku ini merupakan ajaran yang ada dalam aliran filsafat Stoicism. Filsafat ini menekankan pentingnya pengendalian diri, ketabahan, dan kebijaksanaan dalam menghadapi tantangan hidup, dengan fokus pada apa yang bisa kita kendalikan dan menerima apa yang tidak bisa kita ubah/kendalikan. Berikut adalah gagasan-gagasan utama yang di bahas dalam buku ini:

1. Tenang di Tengah Kacau Lewat Pemahaman Dikotomi Kendali

Konsep atau hal yang paling dasar dalam Stoikisme adalah Dikotomi Kendali (Dichotomy of Control). Konsep filsafat ini yang membagi segala sesuatu menjadi dua, yaitu yang bisa kita kendalikan dan yang tidak bisa kita kendalikan. Dalam buku ini juga menjelaskan bahwa hidup bisa lebih tenang jika kita bisa membedakan keduanya :

  • Apa yang bisa kita kendalikan: pikiran, tindakan, keputusan, dan respons kita terhadap sesuatu.
  • Apa yang tidak bisa kita kendalikan: cuaca, pendapat orang lain, masa lalu, hasil dari sebuah usaha.

Henry Manampiring menjelaskan dalam bukunya, bahwa sumber dari banyaknya peneritaan kita adalah ketika kita berusaha mengendalikan apa yang di luar kendali kita. Kita selalu ingin semua berjalan sesuai dengan apa yang kita rencanakan. Padahal kenyataan-nya tidak seperti itu, ada banyak faktor yang tidak bisa kendalikan sehingga tidak bisa sesuai dengan hal yang kita inginkan.

Dengan kita memahami konsep Dikotomi kendali, kita akan bisa lebih fokus pada hal-hal yang benar-benar kita bisa ubah, seperti cara kita berpikir dan bertindak. Dengan kita fokus pada cara kita berpikir, maka kita bisa tetap tenang di tengah kekacauan yang tidak terduga.

Contoh pribadi: “Saya selalu merasa gugu ketika harus presentasi di depan kelas, karena saya orang yang pemalu. Saya terus menerus merasa overthinking bahkan sebelum presentasi, karena saya takut saya melakukan kesalahan. Tapi setelah memahami konsep Dikotomi kendali, saya mulai fokus dengan apa yang bisa saya kendalikan, seperti mempersiapkan diri sebelum presentasi. Dengan konsep ini, saya juga tidak terlalu stres ketika saya melakukan kesalahan, karena itu sudah berlalu dan tidak bisa saya kendalikan.”

2. Tenang di Tengah Kacau Melalui Latihan Mental Stoik

Stoikisme bukan hanya teori, tapi juga praktik sehari-hari. Henry memperkenalkan beberapa latihan mental Stoik yang bisa membentuk ketangguhan emosional dan mental kita

  • Premeditatio Malorum: Melatih diri membayangkan kemungkinan terburuk. Bukan untuk menakuti, tapi agar kita tidak terkejut dan siap secara mental. Hal ini sangat sering saya terapkan, karena sesuatu yang kita rencanakan tidak akan semuanya berjalan sesuai rencana. Dengan memikirkan kemungkinan terburuknya, saya menjadi bisa mempersiapkan diri untuk menghadapi kemungkinan tersebut.
  • Negative Visualization: Membayangkan kehilangan hal-hal yang kita miliki saat ini agar kita lebih menghargainya. Misalnya, membayangkan kehilangan pekerjaan membuat kita lebih bersyukur saat masih memilikinya.
  • Self-Reflection: Merenungkan kembali tindakan kita di akhir hari. Apakah tadi kita terlalu reaktif? Apakah kita bersikap adil pada orang lain? Latihan ini sangat penting, untuk menidentifikasi kesalahan kita, karena terkadang kita melakukan kesalahan tanpa kita sadari.

Latihan-latihan ini sangat cocok diterapkan untuk menjaga pikiran tetap stabil, bahkan saat hidup sedang berantakan. Dengan membiasakan pola pikir Stoik, kita bisa menciptakan ruang untuk tetap tenang di tengah kacaunya rutinitas yang penuh tekanan.

Latihan-latihan mental seperti ini juga bisa berjalan beriringan dengan kebiasaan kecil yang dibangun secara konsisten. Jika kamu tertarik memahami bagaimana membentuk kebiasaan positif secara ilmiah dan bertahap, kamu bisa membaca artikel saya: 4 Kaidah Atomic Habits untuk Membangun Kebiasaan Positif.

3. Tenang di Tengah Kacau dengan Mengelola Emosi Negatif

Banyak sekali emosi negatif seperti marah, cemas, kecewa, atau iri, yang datang ketika ekspektasi atau rencana kita yang tidak sesuai dengan kenyataan. Stokisme tidak menyuruh kita untuk mematikan emosi negatif ini, tapi menyuruh kita untuk melatih kesadaran dalam mengelola emosi negatif. Karena emosi negatif bisa saja menyakiti perasaan orang di sekitar kita, oleh karean itu kita haru mengelolanya dengan logis.

Misalnya seperti yang sering terjadi pada saya, ketika saya merasa cemas karena melakukan kesalahan, biasanya saya langsung membayangkan respon buruk dari orang lain. Padahal, kita tidak bisa mengontrol respons orang lain terhadap kita. Yang bisa kita lakukan adalah mengtrol reaksi dan emosi kita terhadap hal-hal yang di luar ekspektasi kita.

Henry menekankan bahwa jangan sampai emosi kita yang mengendalikan hidup kita. Kita harus bisa menyadari kemunculan emosi kita, menganalisinya, dan kemudian kita memilih respon yang lebih tenang dan dewasa. Mengelola emosi merupakan kunci utama untuk tetap tenang di tengah kekacauan, terutama ketika kita menghadapi masalah.

4. Fokus pada Kebajikan, Bukan Popularitas

Di zaman sekarang ini, banyak sekali orang yang menilai suatu kebahagiaan hanya dari materi, popularitas, atau pengakuan sosial. Stoikisme mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati itu bukan hanya dari material tetapi juga hidup sesuai kebajikan. Karena kita akan sulit untuk bahagia jika menggantungkan kebahagiaan kita pada faktor eksternal.

Nilai-nilai kebajikan stoik itu meliputi:

  • Kebijaksanaan (wisdom): Membuat keputusan dengan akal sehat, bukan impuls atau ego.
  • Keberanian (courage): Tetap bertindak benar walau sulit atau tidak populer.
  • Keadilan (justice): Memperlakukan diri sendiri dan orang lain secara adil.
  • Pengendalian diri (temperance): Tidak berlebihan dalam emosi, konsumsi, atau ambisi.

Kita harus berpegang pada nilai-nilai yang positif, karena dengan begitu kita tidak akan mudah tergoyahkan oleh opini orang lain. Dengan kita berpegang pada nilai-nilai ini, meskipun hidup kita sedang kacau, hati dan pikiran kita tetap bisa tenang. Poin utama dari hidup tenang di tengah kekacuan bukan hidup bebas masalah, tetapi bagaimana kita hidup sesuai dengan prinsip yang kuat.

📌 Hal Menarik dari Buku Ini

panduan hidup santai dan tenang di tengah kacau

Keunggualan dari Filosofi Teras adalah caranya menyampaikan ajaran Stoikisme mudah di pahami dan menggunakan contoh kehidupan sehari-hari. Henry tidak hanya menyampaikan teori Stoik dari tokoh seperti Epictetus atau Marcus Aurelius, tapi juga mengaitkannya dengan:

  • Kehidupan nyata: Mulai dari masalah cinta, media sosial, pekerjaan, hingga quarter-life crisis.
  • Cerita personal: Henry berbagi pengalaman depresi dan bagaimana Stoikisme membantunya bangkit.
  • Tips praktis: Di akhir bab, ada bagian “Latihan Teras” yang mengajak pembaca untuk langsung menerapkan ajaran Stoik dalam kehidupan.

Buku ini cocok bagi siapa pun, baik yang baru mengenal filsafat maupun yang ingin membangun pola pikir tangguh dalam menghadapi kehidupan modern. Jika anda ingin memahami lebih dalam tentang aliran Stoikisme, anda bisa membaca langsung buku Filosofi Teras. Dapatkan bukunya melalui tautan berikut: Lazada | Gramedia

Kesimpulan

Buku Filosofi Teras bukan hanya sekedar buku motivasi, tapi juga sebagai panduan untuk hidup yang lebih logis. Ajaran Stoikisme membuktikan bahwa kita tidak perlu menjadi korban dari keadaan dan emosi kita sendiri. Kita bisa merespon atau memilih sendiri hidup kita dengan lebih sadar tanpa di kendalikan oleh emosi kita.

Ketika kita menyadari bahwa ketenangan bukan datang dari dunia luar, tapi dari dalam diri, itulah saat kita benar-benar mulai merasakan hidup yang merdeka. Dan di sanalah letak kekuatan Stoikisme: membebaskan kita dari drama yang tidak perlu dan memberi ruang untuk tetap tenang di tengah kacau.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!